Thursday, February 05, 2009

Produk Murah Kian Diminati

Kompas

Produk perikanan dengan harga relatif murah kini semakin diminati pasar tujuan ekspor utama, yakni Amerika Serikat dan Uni Eropa. Beberapa produk perikanan yang diminati meliputi nila, patin, dan lele. Selain itu terjadi pergeseran konsumsi udang dari ukuran 50-60 ekor per kilogram menjadi 70 per kilogram.


Kecenderungan permintaan ikan dengan harga murah berlangsung sejak akhir 2008. hal ini dinilai sebagai dampak krisis keuangan global. Permintaan produk olahan juga mulai bergeser ke ukuran yang lebih kecil. Dicontohkan, permintaan produk daging (fillet) nila mengalami pergeseran ukuran dari 400 gram menjadi 200 gram, sementara permintaan terhadap produk bahan baku mengalami peningkatan.

Direktur Pemasaran Luar Negeri Departemen Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung mengatakan, pemerintah sedang menjajaki harmonisasi sistem jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan dengan negara mitra, yakni Mesir dan Rusia. Pihaknya menargetkan kesepakatan itu ditandatangani sebelum Juni 2009. Sebelumnya, harmonisasi sistem jaminan mutu dan keamanan telah dilakukan oleh Korea Selatan dan China.

Ketua Asosiasi Pengusaha Coldstorage Indonesia Johan Suryadarma mengatakan, Harga ikan nila, lele, dan patin di pasar internasional saat ini berkisar 2 dollar AS per kilogram.

Kecenderungan pergeseran pola konsumsi ke ikan yang harganya lebih murah harus diikuti dengan kewaspadaan dan kejelian membaca situasi pasar. Penyebabnya pergeseran pola konsumsi ikan di pasar ekspor juga dibarengi dengan penurunan harga produk. Harga udang misalnya, turun sekitar15-30 persen, "Pengusaha jangan berbondong - bondong membudidayakan produk ikan yang disukai pasar. Ini supaya harga tetap terjaga, tidak anjlok," kata Johan.

Penurunan harga produk ekspor harus disikapi dengan mempertahankan produksi dan mutu perikanan guna mempertahankan volume ekspor. Bertahannya volume ekspor akan menopang efisiensi produksi dan keberlangsungan ekspor.

Sementara itu, sejumlah pelaku usaha pengolahan ikan mengeluhkan penurunan pasokan bahan baku udang untuk pasar ekspor. Sejak Januari 2009, penurunan pasokan berkisar 10-20 persen. Menurut Johan, penurunan pasokan itu merupakan dampak ketidaksiapan pembudidaya dalam menghadapi pola konsumsi. Sebagian pembudidaya cenderung memilih untuk mengurangi produksi.

Ketimpangan antara pasokan produk dan permintaan itu harus disikapi oleh pembudidaya dengan tetap memproduksi produk perikanan yang bervariasi dan sesuai dengan selera pasar. Guna menjamin mutu dan kualitas produk ekspor, DKP telah mendaftarkan perusahaan eksportir yang memenuhi syarat ke negara tujuan ekspor, yakni 300 unit pengolahan ikan (UPI) ke Korea, 84 UPI ke China, dan 136 UPI ke Uni Eropa.

No comments:

Post a Comment