Tuesday, January 27, 2009

Tarakan Krisis Listrik

Radar Tarakan


Selasa, 27 Januari 2009

Listrik Sekarat Juni-Agustus
Tak Setuju Kenaikan TDL, Warga Disarankan Beli Genset

TARAKAN-Gundah karena krisis listrik di Tarakan tetap melanda, tampaknya membuat Pemkot Tarakan akan menggunakan “powernya” untuk mengatasi persoalan tersebut.

Upaya terakhir yang akan dilakukan seperti dikemukakan Wali Kota Tarakan Jusuf S.K usai sosialisasi rencana penyesuaian tarif dasar listrik (TDL) di Ruang Imbaya Kantor Wali Kota kemarin adalah dengan mengumpulkan masyarakat dalam jumlah banyak. Selanjutnya, kata Jusuf, dijumpa akbar tersebut akan digelar voting massal.



“Pada pertemuan tadi (kemarin) ternyata ada pro dan kontra. Tapi setelah kita jelaskan mereka kebanyakan berpikir positif thingking. Nah, kemudian disepakati Insya Allah kami akan mengumumkan kepada masyarakat, kita akan kumpul kira-kira 10 ribu masyarakat di Stadion Datu Adil. Saya akan menyampaikan singkat, padat, mudah-mudahan hanya 20 menit penyampaian saya, kemudian masyarakat yang setuju ke kanan, yang tidak setuju ke kiri,” kata Wali Kota Jusuf S.K tentang rencananya itu.

Jusuf mengatakan, jumpa akbar tersebut akan dijadwalkan awal Februari. Menurut dia, langkah ini untuk menyatukan pikiran masyarakat dan memberikan pemahaman soal pentingnya kenaikan TDL melalui sejumlah program seperti kuisioner sudah terasa sulit untuk dilakukan lagi saat ini.

Akibatnya, sosialisasi melalui kuisioner yang dilakukan sejak tahun lalu pun dinyatakan dihentikan.

Bila banyak masyarakat yang setuju maka penyesuaian TDL akan dilaksanakan. Kata Jusuf, penyesuaian TDL merupakan langkah pertama yang dapat dilakukan Pemkot Tarakan untuk mengatasi krisis kelistrikan. Estimasinya opsi ini mampu bertahan selama tiga tahun. Setelah itu, dia pun menegaskan perlunya segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tarakan.

“Kenapa begitu? Yang antre banyak sekali semisal UB (Universitas Borneo) kira-kira-kira butuh 3 Mega Watt (MW), RSUD 3 MW, bandara ketika ditambah appron-nya menjadi dua kali perlu beberapa titik lampu, kita pasang lampu di stadion supaya bisa main malam juga acara malam. Semuanya lampu, lampu, lampu, listrik, listrik, listrik. Rumah tangga, pendidikan dan sebagainya,” jelas Jusuf panjang lebar.

Bagaimana jika masyarakat Tarakan bersikeras tak ingin menerima pilihan kenaikan TDL? Jusuf pun menyarankan agar setiap masyarakat bisa membeli genset untuk memenuhi kebutuhan listriknya akibat tak tersedianya pasokan listrik dari PLN yang memang terbatas.

Dari keterangan pihak PT PLN Tarakan, diketahui bahwa ketersediaan pasokan listrik yang ada saat ini hanya sekitar 21 MW, sementara beban puncak mencapai 27 MW akibatnya terdapat kekurangan pasokan listrik sebesar 6 MW.

“Kalau nanti tak ada kenaikan, dan kita sudah ke PLN tak bisa berinvestasi lagi ya tentu masing-masing urus diri sendiri. Sisa yang ada ini diarahkan saja ke universitas, rumah sakit supaya berobat tidak mahal, kepada fasilitas umum dan sisanya kalau ada dikasihkan ke masyarakat. Saya perkirakan, listrik di Tarakan sekaratnya sekitar bulan Juni hingga Agustus mendatang,” terang Jusuf kepada wartawan harian ini, kemarin.

BERHARAP WARGA BERPIKIR CERAH DAN OBJEKTIF

Jusuf menyebutkan Tarakan sudah memasuki ambang krisis listrik yang parah dan perlu bergerak cepat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat soal penyesuaian tersebut.

“Krisis bagi seorang pasien bagaimana dokter, keluarga semuanya berusaha keluar dari krisis. Setelah stabil, diadakan pemeliharaan sarana-sarana, alat-alat vital dalam tubuh manusia dan diharapkan dia sembuh sempurna. Disini pun kita perlu gerak cepat ya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sekali lagi untuk pelanggan 2 ampere dan 4 ampere atau 450 watt dan 900 watt tidak dikenakan tarif apapun jadi tetap seperti biasa saja,” tandasnya.

Jumlah pelanggan yang tak terkena dampak penyesuaian TDL diklaim mencapai 63 persen dari total 33 ribu lebih pelanggan PLN yang ada di Tarakan. Sedangkan yang terkena dampaknya adalah toko-toko dan perusahaan besar yang minimal menggunakan listrik PT PLN Tarakan sekitar 40 ampere hingga hitungan MW.

“Jadi sekali lagi, saya mengharapkan masyarakat berpikir cerah dan objektif. Jadi, ada satu bukti-bukti yang jelas, selama kita melaksanakan problem solving atau memecahkan masalah dengan arif dan bijak terbukti tanpa menimbulkan masalah baru,” ungkapnya.Dia pun bercerita sejarah terjadinya penyesuaian TDL di Tarakan yang bermula pada tahun 1999 yang digadang-gadang akan terjadi krisis listrik terparah yang pernah terjadi di Tarakan. Meskipun pada akhirnya tak satu hari pun terjadi pemadaman sampai tahun 2007. Kenaikan TDL terjadi pada tahun 2001 diman Pemkot Tarakan beserta PT PLN menaikkan TDL sebesar 38,5 yang bertahan hingga tahun 2004 yang dinaikkan lagi hingga mencapai Rp 750 per kilowatt hour (kWh).

“Alhamdulillah itu memberikan kekuatan tersendiri, dan kita aman sementara kakak kita seperti Samarinda dan Balikpapan yang 100 tahun lebih tua dari Tarakan.

Tarakan dijadikan benchmark nasional, saya diundang 30-40 kali di Jakarta, Balikpapan, Samarinda kemudian tempat lainnya yang ingin tiru persoalan kita ini,”

Ditegaskannya, Pemkot Tarakan tak akan menyusahkan masyarakat. Seandainya kebijakan yang dikeluarkan Pemkot menyusahkan maka sudah lama keadaan Tarakan tak seperti yang ada saat ini.

“Kita ingin maju, kita ingin kota ini cemerlang sebagai kota pusat pelayanan dan jasa, saya kira tidak ada pilihan kota ini harus terang benderang,” tambahnya.(ndy)

No comments:

Post a Comment